Rabu, 09 Januari 2013

SHIWARATRI TILEM SASIH KEPITU

Pada Sasih KEPITU ( ke 7 ) saat saat bulan gelap disebut TILEM KEPITU tepatnya panglong ping 14 sasih kepitu disebut sebagai Hari SHIWARATRI dan dimaknai sebagai hari Peleburan Dosa, mohon pengampunan. Shiwaratri diartikan sebagai malamnya SHIWA dimana Hyang Shiwa beryoga. Pada malam ini dikatakan pula adalah malam paling gelap diantara malam.
Salah satu acuan perayaan SHIWARATRI ini adalah kakawin Shiwaratri Kalpa yang ditulis oleh Mpu Tanakung.

Disebutkan seorang pemburu bernama Lubdaka melakukan perburuan ketengah hutan, hingga malam tiba Lubdaka belum mendapatkan hasil perburuanya. Karna malam begitu gelap sebagai manusia lubdaka punya rasa takut.Pulang ke rumah tidak membawa hasil buruan, takut dalam perjalanan pulang diserang binatang buas, takut tersesat. Maka Lubdaka memutuskan untuk naik ke atas pohon. Berada diatas pohon Lubdaka juga takut ketiduran lalu jatuh. Maka Lubdaka untuk bisa tetep sadar, memetik daun daun lalu dijatuhkan satu demi satu hingga matahari terbit.
Karena jagranya Lubdaka tersebut yang berhasil walau tanpa disengaja menjalankanya maka SHIWA menganurahkan Lubdaka Surga,atau peleburan atas dosa-dosa membunuh binatang  tidak berdosa.

Nah dari sumber itulah maka umat Hindu di Bali memperingati malam Tilem sasih Kepitu sebagai Malam Shiwaratri. Untuk memperingatinya dilaksanakan tidak tidur selama 36 jam, puasa selama 24 jam dan dalam semadhi selama 12 jam. Mengacu pada kakawin Shiwaratri itu,Lubdaka sebagai pemburu mulai melakukan perjalanan  kehutan pada pagi hari, hingga sore lalu bermalam di hutan tanpa hasil buruan hingga kesokanharinya matahari terbit beranjak pulang kerumah sore hari. Selama proses 36 jam dalam masa perburuan tersebut tentu Lubdaka hanya makan alakadarnya, bisa hanya sebiji buah atau sehelai daun di hutan atau bahkan bila sangat berambisi mendapat buruan tidak makan sama sekali.

Di malam hari sebagai seorang manusia yang punya rasa takut, perasaan was was, maka Lubdaka yang paling diingat pasti Hyang Pencipta, dapat dipastikan Lubdaka selalu ingat dan terus berdoa sepanjang malam sembari melemparkan daun daun.

Pada sumber yang ada kakawin Shiwaratri Kalpa menyatakan keutamaan Brata Shivaratri seperti diwedarkan oleh Sang Hyang Siva sebagai berikut:

”Setelah seseorang mampu melaksanakan Brata sebagai yang telah Aku ajarkan, kalahlah pahala dari semua upacara Yajña, melakukan tapa dan dana punya demikian pula menyucikan diri ke tempat-tempat suci, pada awal penjelmaan, walaupun seribu bahkan sejuta kali menikmati Pataka (pahala dosa dan papa), tetapi dengan pahala Brata Sivaratri ini, semua Pataka itu lenyap”.

”Walaupun benar-benar sangat jahat, melakukan perbuatan kotor, menyakiti kebaikan hati orang lain, membunuh pandita (orang suci) juga membunuh orang yang tidak bersalah, congkak dan tidak hormat kepada guru, membunuh bayi dalam kandungan, seluruh kepapaan itu akan lenyap dengan melakukan Brata Sivaratri yang utama, demikianlah keutamaan dan ketinggian Brata (Sivaratri) yang Aku sabdakan ini” (Sivaratri kalpa, 37, 7-8)*

Di jaman sekarang ini yang di kenal sebagai jaman  Kaliyuga, dari kakawin tersebut dapat di petik beragam makna:
  1. Kehidupan umat manusia tidak terlepas dari kegiatan berburu, banyak perburuan yang dimaksud seperti berburu Jabatan, Berburu Wanita atau Pria Idaman, berburu kekayaan,Ketenaran, ilmu pengetahwan dan masih bayak lagi yang lain. Pada proses berburu pasti ada banyak halangan,rintangan,tangtangan, yang harus diselesaikan dan tidak selalu perburuan membawa hasil yang seperti diharapkan.
  2. Secara tersirat kekawin Shiwaratri menggambarkan bahwa kita sebagai umat manusia demikianlah adanya seperti seorang pemburu.Berburu untuk memenuhi kebutuhan hidup, ada pula yang berburu untuk memenuhi keinginana indrianya. Dalam upaya itu manusia pasti pernah gagal, lupa akan kebenaran, Tidak ada manusia selalu berhasil.Saat gagal manusia adalah yang paling gelap.bisa gelap mata,gelap hati juga gelap pikiran.Tetapi dari proses kegagalan itu bila kita selalu ingat,eling, sadar dan bedoa akhinya berkah dan kebahagiaan kita terima.
  3. Berbagai cara Tuhan memberi berkah kepada ciptaanya bagi mereka yang selalu sujud bakti. Bertepatan dengan gelapnya bumi maka kita sebagai manusia yang gelap, Shiwa pemberi berkah beryoga , kita wajib menjalankanya.Ada empat jalan yoga yang diajarkan Hindu, Karma Yoga, Bhakti Yoga, Jnana Yoga dan Raja Yoga.
 Tatacara pelaksanaan Malam SHIWARATRI :
Di dalam pelaksanaan Shiwaratri ini hendaknya langkah awal kita sadar, bahwa kita tidak lepas dari perbuatan dosa besar atau kecil. Dengan kesadaran itu  akan memupuk tindakan tindakan upaya perbaikan. Tercetus suatu pengakuan dosa yang telah kita perbuat. Bila telah ada setitik saja ada kesadaran,







Senin, 31 Desember 2012

SRI PUJA ATAU COMA RIBEK

Bhagawadgita III.11 (sloka 3.11) devan bhavayatanena  te deva bhavayantu vah   parasparam bhavayantah   sreyah param avapsyatha " para dewa,sesudah dipuaskan dengan korban korban suci,juga akan memuaskan engkau.Dengan demikian melalui kerjasama antara manusia dengan para dewa,kemakmuran akan berkuasa bagi semua"

Bhagawadgita III.12 (sloka 3.12) istan bhogan hi vo deva  dasyante yajna - bhavitah  tair dattan apradayaibhyo  yo bhunkte stena eva sah  " Para dewa mengurus berbagai kebutuhan hidup.Bila para dewa dipuaskan dengan pelaksanaan yajna (korban suci),mereka akan menyediakan segala kebutuhan untukmu. Tetapi orang yang menikmati berkat berkat itu tanpa mempersembahkannya kepada para dewa sebagai balasan adalah pencuri"

Bhagawadgita III.16 (sloka 3.16) evam pravartitam cakram  nanuvartayatita yah  aghayur indriyaramo  mogham partha sa jiwati.  " Arjuna yang baik hati, orang yang tidak mengikuti sistem korban suci tersebut yang ditetapkan dalam VEDA pasti hidup dengan cara yang penuh dosa.Sia sialah kehidupan orang seperti itu yang hanya hidup untuk memuaskan indria indria.

SRI PUJA adalah hari khusus untuk memuliakanDEWI SRI,Sakti WISNU. Hari ini jatuh pada Coma(senin) Pon wara Sinta atau sering disebut Hari Coma Ribek. Pemujaan ditujukan kepada Tuhan Yang Maha Esa dalam perwujudan Sanghyang Tri Premana.,berwujud Dewi Sri. Tuhan Wisnu dalam pemeliharaan alam semesta seluruh ciptaan beliau menyediakan seluruh kebutuhan ciptaanya.
Atas karunia yang tidak tak terbatas manusia berkewajiban mensyukurinya.Sebagai perlambang kemakmuran dipakai padi yang menjadi kebutuhan dasar hampir semua ciptaan beliau yang bernyawa.Semut,rayap,tikus,ayam,juga manusia.,bahkan hampir semuanya menyukai beras padi .  Begitu juga Tuhan Pemberi Anugerah Selalu dipuja,dicari,dan memberi hidup senantiasa.

Bermacam cara umat manusia dan seluruh alam melakukanya seperti :
  • Mengerjakan puasa tidak menjual beras, menjual padi, menurunkan padi, sebagai ungkapan syukur atas berkah yang diterima.
  • Mempersembahkan seperti: Nyahnyah gringsing, geti geti,byu mas, canang ajuman, yang dilengkapi dengan wangi wangian,(dikutip dari kalender karya Drs. I Nyoman Singgin Wikarman )(Alm).
  • Hari ini Coma Ribek sering dipakai sebagai pedewasaan memulai suatu pekejaan/usaha seperti berdagang dll.
  • Puja dan persembahan dilaksanakan di tempat tempat beliau distanakan seperti di Lumbung Padi, Tempat Beras.
  • Di Parhyangan dilaksanakan doa puja dan puji,Sembahyang bersama.
Berhasil Melaksanakan salah satu saja kewajiban  sudah lebih baik daripada tidak sama sekali. Dan kiranya tidak disalah tapsirkan Hari Sri Puja itu.