Tampilkan postingan dengan label Hari raya. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Hari raya. Tampilkan semua postingan

Jumat, 25 Januari 2013

Piodalan BHATARA HYANG GURU, Penguasa Manuasia

Sehari setelah perayaan Tumpek Landep tepatnya REDITE (Minggu) Umanis wuku Ukir maka Hindu melaksanakan Pemujaan kehadapan Idha Bhatara Hyang Guru., Tuhan Yang Maha Esa Penguasa manusia. Sebagai penguasa manusia beliau dstanakan di Sanggar Kemulan (pamrajan). Kepada beliaulah manusia memohon tuntunan, bimbingan, arahan, memohon restu atas segala tindakan perbuatan manusia, sehingga apa yang dilakukan manusia atas dasar kehendak beliau Tuhan Yang Maha Esa.

Rupanya manusia setelah dianugerahi ilmu pengetahwan, kemakmuran serta kejayaan tidak lantas lupa, sehingga tidak sia sia ilmu pengetahwan , kemakmuran serta kejayaan yang diperoleh. Atau bila manusia masih dalam diliputi kegelapan, dekatlah dan mohon selalu kepada beliau Bhatara Hyang Guru sehinnga terbuka jalan terang, berkat bimbingan dan tuntunan beliau selalu segala sesuatu menjadi mudah, jawaban dari persoalan ditemukan . Bila manusia telah melenceng maka beliau  menegur selalu. mengasihi manusia selalu.

Minggu, 20 Januari 2013

TUMPEK LANDEP,Jatuh pada Sabtu Keliwon wuku Landep

Tuhan Yang Maha Esa dalam kekuasaan beliau sebagai penguasa Makhlukatau khewan,Hindu memuja beliau dengan sebutan Sanghyang Pasupati. Pasupati berasal dari kata " pasu " yang artinya makhluk/khewan sedang "pati" artinya raja. sehingga Pasupati berarti Raja Penguasa Mahkluk. Lebih spesifik lagi Tuhan sebagai penguasa khewan disebut sebagai Sanghyang Rare Angon, Sedang sebagai penguasa manusia beliau disebut sebagai Sanghyang Guru. Sanghyang Pasupati adalah penguasa Makhluk, yang memberi kejayaan, ketajaman, pikiran, pengetahwan semua makhluk. Pengetahwan yang telah beliau anugerahkan kepada setiap makhluk menjadi jaya tajam sehingga bermanafaat untuk mempertahankan hidup adalah bersumber dari beliau Sanghyang Pasupati Tuhan Yang Maha Esa.

 Atas anugerah tersebut maka Hindu pada Tumpek Landep Sabtu Keliwon wuku Landep memuja Tuhan Yang Maha Esa dengan sebutan Sangyang Pasupati. Pengertian tersebut meluas terhadap peralatan yang turut memperlancar kehidupan manusia di Bali turut mendapat perhatian seperti keris, tomak, terutama alat alat yang terbuat dari besi, baja. Peralatan modern seperti mobil, komputer, dan sejenisnya juga tidak ketinggalan. Perhatian yang diberi berupa dibuatakan upacara. Sebagai puja dan pujian atas kejataman kejayaan pengetahwan tercipta peralatan yang sangat membantu kehidupan manusia. Apapun upacara puja dan pujian ditujukan kepada Tuhan Yang Maha Esa Sanghyang Pasupati sebagai pemberi kejayaan ketajaman.

 Demikian beliau dipuja menuntun pikiran manusia ke arah kejayaan keberhasilan. Di Bali di rayakan dengan membuat upacara ditempat penyimpanan senjata sebagai Saghyang Pasupati, Di Merajan sebagi Sanghyang Guru, sementara sebagai penguasa khewan di puja saat Tumpek Uye, dan sebagai Penguasa tumbuh tumbuhan di puja saat Tumpek Wariga. Demikian kemahakuasaan Tuhan Yang Maha Esa senantiasa di puja.

Dengan perayaan peringatan Tumpek Landep pula bahwa setiap mahluk wajib mempertajam, mengasah selalu pengetahwan sejalan pengetahwan yang terus berkembang hingga tidak tak terbatas. Tajam pengetahwan lebih mendekat kepada Hyang Widhi, memohon ketajaman kejayaan kepada Hyang Pasupati. Tentunya diikuti dengan usaha belajar dan belajar.

Serangkaian upacara Tumpek Landep ada beberapa sarana banten yang bisa dibuat seperti:
  1. Untuk stana di pujanya Hyang Pasupati: sesayut pasupati 1, sesayut jayeng perang 1,sesayut kusuma yudha 1,suci daksina,reresik, peras ajuman dan canang wangi.
  2. Ada pula yang dengan membuat peras penyeneng,sesayut pengambean.
  3. Sebagai penyucian atau pembersihan senjata serta peralatan dibuatkan byakala dan prayascita.
Untuk di Sanggah Pamrajan dibuat tumpeng putih kuning, dilengkapi pula dengan daksina dan pesucian/pebersih.

Bila keterbatasan sarana dan prasarana seperti disebutkan maka besar atau kecil, meriah atau sederhana upacara hendaknya atas dasar bhakti dan iklas kepada Hyang Widhi, sesuai pedoman Bhagawadgita sloka IX.26.

Terima kasih telah membaca . Mau dikomentar silakan aja!


Selasa, 15 Januari 2013

Buda Keliwon Sinta ( PAGERWESI )

Perayaan ke tiga selama Wuku Sinta,setelah Banyu Pinaruh serta Soma Ribek adalah Perayaan Buda Keliwon Sinta di sebut jaga Hari Raya Pagerwesi.

Di dalam Lontar Sunarigama disebutkan bahwa pada hari tersebut Sanghyang Pramesti Guru bersama para dewa lainya beryoga agar tumbuh-tumbuhan serta mahluk hidup lainya berkembang dengan baik.

Dari urain tersebut para Dewa Beryoga untuk kesejateraan kita, lalu kita sebagai mahluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, dapat mencontoh para dewa. Demikian dengan masyarakat Hindu di Bali mewujudkan hal tersebut dengan melakukan yoga semadhi. Pelaksanaan Pegerwesi di tiap daerah di bali tidaklah sama. Yoga semadi dilaksanakan dengan cara yang berbeda. akan tetapi intinya sama yaitu mantap dalam melaksanakan tugas serta kewajiban sebagai umat manusia ciptaan Tuhan.
Mengurai makna kata Pagerwesi berasal dari kata Pager yang artinya Pagar,pageh,kukuh,kokoh. sementara Wesi adalah besi, Jadi Pagerwesi adalah Tekad semangat umat manusia hindu yang kuat kokoh dalam menjalankan ajaran agama kebenaran selalu setia kepada Tuhan Pencipta melaksanakan tugas dan kewajiban seperti yang telah ditetapkan. Pagerwesi ini juga tonggak bahwa kita telah mantap menjalankan kewajiban.

Jika sebagai seorang sulinggih menjadi mantap sebagai sulinggih, jika sebagai prajurit menjadi mantap sebagai prajurit, jika sebagi guru juga mantap menjadi guru, demikian juga sebagai warga masyarakat menjadi mantap dalam tugas dan kewajiban masing masing.Jika sudah mantap menjadi lebih mantap tidak dibingungkan lagi. Pagerwesi ini juga menjadi hari pertama introspeksi diri umat Hindu, setelah sebelumnya telah menerima Ilmu Pengetahwan suci untuk selalu mengamalkan ke jalan jalan dharma.Para Dewa juga Beryoga untuk kita kesejateraan umat manusia. Seperti orang tua yang senantiasa mendoakan putra dan putri mereka.

Sebagai ungkapan syukur tersebut maka umat Hindu melaksanakan beberapa upacara pada Pagerwesi.Seperti di wilayah Buleleng umat Hindu melaksanakan upacara persembahan kepada leluhurnya ( Guru Reka)
.
Untuk menjalankan kewajiban tersebut beberapa upakara yang bisa dipergunakan:
  1. Prayascita, dipergunakan sebagai penyucian terhadap bangunan,perumahan, dan diri sendiri.
  2. Di Merajan Kemulan : peras, daksina, ajuman beserta runtutanya.dan pelinngih yang lain adalah ajuman atau canag genten atau sejenisnya.
Demikian sekilas tentang Hari Raya Pagerwesi..
Bagaimanakah menurut Pendapat anda....silakan postingkan pada komentar..terimakasih