Tampilkan postingan dengan label Hindu. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Hindu. Tampilkan semua postingan

Jumat, 15 Februari 2013

Sembahyang Hindu


 Sebagai salah satu bentuk dari penyerahan diri tunduk taat patuh (penyerahan diri total) Umat manusia kepada kekuasaan yang maha tinggi,yang maha segalanya adalah Sembahyang. Istilah kata sembahyang dipakai oleh umat Hindu sebagai langkah upaya pendekatan diri kepada Penciptanya.Sembahyang secara umum tidak memiliki satu makna sebatas penyerahan diri. Sembahyang memiliki makna yang sangat luas. Sembahyang juga merupakan sebagai bentuk pengakuan penyampaian pujian, ungkapan hormat, sedalam dalamnya dan setulus tulusnya.Kata sembahyang sendiri berasal dari kata Sembah dan Hyang. Artinya sembah kepada Hyang atau menyembah Hyang. kegiatan itulah disebut Sembahyang. Hyang dimaksud adalah Hyang segala galanya, seperti Hyang Widi,Hyang Maha Esa, Hyang Pencipta dan seterusnya. Begitulah HYANG yang tidak tak terbatas hingga sebutan beliau tidak tak terbatas.

Tata Cara Sembah Hyang
    menurut kitab Atharwa Weda XI.1.1, unsur iman atau sradha dalam agama hindu meliputi : Satya, Rta, Tapa, Diksa, Brahma dan Yadnya.

    didalam Reg Weda IX. 113-4 menjelaskan bahwa hidup yang benar merupakan persiapan untuk melakukan persembahyangan. yang diartikan hidup yang benar adalah:

    1. Suci Lahiriah,
    2. Suci Batiniah, dan
    3. Suci Laksana (hidup).
    di dalam Yayur Weda 19.30 terdapat juga uraian yang menjelaskan tahap - tahap tingkatan pencapaian realisasi dalam bakti. adapun tahapan itu diantaranya:

    1. Wrata (brata),
    2. Diksa,
    3. Daksina,
    4. Sraddha, dan
    5. Satya
    dalam rumusannya dikatakan bahwa
    "dengan BRATA orang akan mencapai tingkat DIKSA (orang suci). bila orang hidup dalam kesucian (diksa) maka ia akan memperoleh DAKSINA (rahmat) atau pahala. dengan pahala yang diperoleh ia akan mencapai SRADDHA (peningkatan iman) atau yakin, dan atas dasar keyakinan itulah ia dapat mencapai SATYA atau Tuhan".
    Ketika bersembahyang tidak meminta sesuatu kepada-Nya, selain mengucapkan doa-doa seperti tersebut di atas. Perhatikanlah makna Kekawin Arjuna Wiwaha sebagai berikut:
    "Hana Mara Janma Tan Papihutang Brata Yoga Tapa Samadi Angetekul Aminta Wirya Suka Ning Widhi Sahasaika, Binalikaken Purih Nika Lewih Tinemuniya Lara, Sinakitaning Rajah Tamah Inandehaning Prihati".
    Artinya:
    Adalah orang yang tidak pernah melaksanakan brata tapa yoga samadi, dengan lancang ia memohon kesenangan kepada Widhi (dengan memaksa) maka ditolaklah harapannya itu sehingga akhirnya ia menemui penderitaan dan kesedihan, disakiti oleh sifat-sifat rajah (angkara murka/ ambisius) dan tamah (malas dan loba), ditindih oleh rasa sakit hati.

    Sembahyang dimanapun tempatnya, HYANG  adalah tujuanya,sebagai ciri khusus sembahyang yang  adalah dengan mengawali melantunkan bait Gayatri Matram atau Puja Matram Trisandya. Kemudian dilanjutkan dengan panca sembah.

    Apabila sembahyang dilaksanakan secara berkelompok hendaknya dipinpin oleh seorang yang dapat ditunjuk. Atau dipinpin oleh seorang pemangku.

    Tata Laksana Sembah Hyang



    Jumat, 25 Januari 2013

    Piodalan BHATARA HYANG GURU, Penguasa Manuasia

    Sehari setelah perayaan Tumpek Landep tepatnya REDITE (Minggu) Umanis wuku Ukir maka Hindu melaksanakan Pemujaan kehadapan Idha Bhatara Hyang Guru., Tuhan Yang Maha Esa Penguasa manusia. Sebagai penguasa manusia beliau dstanakan di Sanggar Kemulan (pamrajan). Kepada beliaulah manusia memohon tuntunan, bimbingan, arahan, memohon restu atas segala tindakan perbuatan manusia, sehingga apa yang dilakukan manusia atas dasar kehendak beliau Tuhan Yang Maha Esa.

    Rupanya manusia setelah dianugerahi ilmu pengetahwan, kemakmuran serta kejayaan tidak lantas lupa, sehingga tidak sia sia ilmu pengetahwan , kemakmuran serta kejayaan yang diperoleh. Atau bila manusia masih dalam diliputi kegelapan, dekatlah dan mohon selalu kepada beliau Bhatara Hyang Guru sehinnga terbuka jalan terang, berkat bimbingan dan tuntunan beliau selalu segala sesuatu menjadi mudah, jawaban dari persoalan ditemukan . Bila manusia telah melenceng maka beliau  menegur selalu. mengasihi manusia selalu.

    Selasa, 22 Januari 2013

    CANANG sebagai Wujud Bhakti Persembahan

    Di Kalangan Masyarakat Hindu di Bali serta di daerah daerah penyebarannya istilah Canang bukanlah istilah yang asing lagi. Tetapi bagi mereka yang belum memahami canang itu sendiri lebih-lebih bagi pemeluk non Hindu istilah canang sangat asing. Bila tidak dipahami mungkin akan disalah persepsikan bisa juga akan disalahgunakan. Pada postingan ini Admin ingin berbagi pengetahwan terkait dengan canang.

     Kata Canang berasal dari bahasa Jawa Kuno yang berarti "sirih". Para orang tua biasanya suka makan daun sirih. Ketika menerima tamu juga daun sirih sering disajikan. Tamu kehormatan jaman dulu juga disuguhi daun sirih.Kebiasaan seperti itu masih tetap terpelihara di daerah daerah yang masih kental adat tradisi dan budayanya. Mengamati kebiasaan itu makan daun sirih terdiri dari 'selembar daun sirih, secongkel buah palm, sedikit gambir, pamor, dan ditambah tembakau. Ternyata manfaat dari kebiasaan makan daun sirih gigi para orang tua lebih kuat hanya saja warnanya kelihatan agak coklat kemerahan. Dalam menyuguhkannya dipakai kata mecanang, seperti "silakan mecanang" rarisang mecanang" yang artinya silakan makan daun sirih. Kebiasaan tersebut dilakukan ketika menerima tamu kita sesama umat manusia, lalu ketika kita menerima kehadiran Tuhan Yang Maha Esa bagaimana tatacaranya???

     Menerima tamu kehormatan lebih lebih Tuhan Yang Maha Esa ada di dekat kita tentunya tidak sama.Yang sama terletak pada keiklasan melayani, menerima. Ketika Hindu menerima, melayani, atau juga memohon kehadiran Beliau dekat dengan kita ciptaanya, telah dibicarakan dalam Bhagawadgita berikut: patram puspam phalam toyam yo mebhaktya prayacchati, tad aham bhakty - upartham asnami prayatatmanah " siapaun yang dengan sujud bhakti kepada-KU mempersembahkan sehelai daun,sekuntum bunga, sebiji buah buahan, seteguk air, AKU terima sebagai bhakti persembahan dari orang yang berhati suci. Bhagawadgita IX.26

     Nah untuk persembahan kita kepada Tuhan Yang Maha Esa harus memenuhi unsur unsur tersebut dalam Bhagawadgita. Jadi bila kita membicarakan canang tidak terlepas dari daun sirih.

     Unsur unsur dalam Canang di Bali
    1. Cemper  (alas) terbuat dari daun kelapa muda (janur) berbentuk segiempat atau lingkaran.
    2. Daun (plawa) yang dipakai seperti daun Kayumas.
    3. Porosan terbuat dari daun kelapa muda, daun sirih, kapur, pinang,
    4. Bunga,
    5. Sampian (jejahitan) terbuat dari daun kelapa muda.
    6. Kembang rampai terbuat dari daun pandan arum yang diiris tipis tipis,
    Susunan Canang persembahan yang paling sederhana terdiri dari unsur unsur tersebut diatas, hanya ketika merangkai dibentuk dalam bentuk bentuk yang berbeda sehingga mempunyai nama penggunaan yang bebeda pula.Dan tidak ditinggalkan ketika menghaturkanya dilengkapi dengan air dan dupa. Pada jaman terdahulu di atas canang dilengkapi juga dengan uang kepeng bolong minimal 1 biji, perkembangan selanjutnya berlaku juga uang logam biasa atau uang kertas. Nilai nominal sangat bervariasi sesuai iklasnya sang bakta..

    Jenis jenis Canang:
    Dari penjelajahan serta sumber sumber yang tersedia maka ada banyak jenis canang sebagai sarana persembahan sebagai ungkapan wujud bhakti kehadapan Hyang Widhi. Yang mana masing masing canang mempunyai intisari komunikasi antara Hyang Widhi dengan Penyembahnya.
    1. Canang Genten
    ( Metaled antuk cemper/ceper,wiadin merupa kadi reringgitan, tetaledane kasusunin antuk plawa, porosan antuk sedah medaging apuh, lan jambe metegul antuk talin porosan, susunin wadah lengissekarlan pandan harum, tur kasusun sekar manut pengiderannyane, Suksmannyane penunggalan kayun suci jagi parek ring Hyang Widhi minakadi Brahma, Wisnu lan Iswara,punika sranane ,jambe apuh lan sirih )
    Alasnya dr ituk2/taledan/cemper diatasnya letakkan plawa, porosan, uras sari/wadah lengis, bunga (utara hitam/ungu, timur putih, selatan merah, barat kuning) di tengahnya rampe kemudian boreh miik.
     
      2. Canang Sari
    ( Taled medaging plawamiwah porosan ,baduwur talednyane medaging sampyan sari ( urassari/ wadah lengis),beras kuning sesantun,minyak wangilan kasusunin antuk sekar manut pangideran. Suksman nyane sain kasucian kayun bhakti ring Hyang Widi Tunggal,napkala ngaskara kahiwangan kahiwangan)

    Alasnya taledan/cemper diatasnya plawa, porosan, tebu, kekiping, pisang emas, 3 bh celemik masing2 berisi burat wangi (akar wangi, beras, kunir, air cendana ditumbuk halus), lenga wangi dan beras kuning lalu uras sari berisi bunga n rampe, boreh miik, uang  kepeng sebagai sesari. 
       
     3.  Canang Gantal
    ( Masaih ring canang genten,maweweh lekesan kekalih,matusuk antuk semat, wyadin metegul antuk talin porodan,duur porosan medaging wadah lengis )
    Pada dasarnya sama seperti canang Genten, hanya pada porosannya diganti dengan 2 lekesan, ada memakai 5,7,9,11 dengan digulung masing-masing kemudian ditusuk diikat dengan tali porosan. Digunakan pada semua upacara (Panca Yadnya).

    4. Canang Tubungan
    (Pateh sekadi canang genten ,nanging porosanne antuk sedah/sirih tubungan,muncuk lekesane metampak dara mategul antuk talin porosan,duwur porosane susunin wadah lengis lan sekar.)

    5. Canang Pengerawos
    (Pateh sekadi canang genten ,nanging medaging kojong papat(4), sowang sowang medaging apuh,medaging taled,susunin antuk tangkih kekalih,sowang sowang medaging minyak wangi lan bija)

    6.  Canang Lengewangi (buratwangi)
     ( Campuran minyak kelapa ring iadeng,miyik miyikan minyak ireng,campurin malem lan menyan, minyak putih buratwangi, campurin kelapa ring akah cendana,menyan majegau ,sranane minakadi menyan  majegaulan cendana mateges Sang Tri Purusa)


     Beberapa canang yang lain dimana susunanya lebih komplek, dibuatnya ketika hari raya tertentu, namun RO-Q belum membahas secara mendetail dan akan diuraikan pada postingan2 berikutnya. seperti :
    Canang Pengeresikan
    Canang Nyahnyah Gringsing
    Canang Payas 
    Canang Ajuman Canang Rayunan
    Canang Pebersihan
    Canang Brekat
    Canang Saji
    Canang Pemendak
    Canang Tajuh
    Canang Yasa
    Canang Rebong
    Canang Saraswati.

    Di antara canang yang telah disebutkan sebagai sarana persembahyangan setiap hari tanpa menghitung hari diambil Canang Genten, atau Canang Sari atau juga Canang Buratwangi. Bila tidak tersedianya sarana tersebut ,Puja Mantram Gayatri atau Puja Mantram Trisandya.

    Nah Demikian sekilas Uraian Canang dari Bali, bila pembaca yang budiman punya pendapat silakan masukan pada komentar. RO-Q tunggu.


               

    Minggu, 20 Januari 2013

    TUMPEK LANDEP,Jatuh pada Sabtu Keliwon wuku Landep

    Tuhan Yang Maha Esa dalam kekuasaan beliau sebagai penguasa Makhlukatau khewan,Hindu memuja beliau dengan sebutan Sanghyang Pasupati. Pasupati berasal dari kata " pasu " yang artinya makhluk/khewan sedang "pati" artinya raja. sehingga Pasupati berarti Raja Penguasa Mahkluk. Lebih spesifik lagi Tuhan sebagai penguasa khewan disebut sebagai Sanghyang Rare Angon, Sedang sebagai penguasa manusia beliau disebut sebagai Sanghyang Guru. Sanghyang Pasupati adalah penguasa Makhluk, yang memberi kejayaan, ketajaman, pikiran, pengetahwan semua makhluk. Pengetahwan yang telah beliau anugerahkan kepada setiap makhluk menjadi jaya tajam sehingga bermanafaat untuk mempertahankan hidup adalah bersumber dari beliau Sanghyang Pasupati Tuhan Yang Maha Esa.

     Atas anugerah tersebut maka Hindu pada Tumpek Landep Sabtu Keliwon wuku Landep memuja Tuhan Yang Maha Esa dengan sebutan Sangyang Pasupati. Pengertian tersebut meluas terhadap peralatan yang turut memperlancar kehidupan manusia di Bali turut mendapat perhatian seperti keris, tomak, terutama alat alat yang terbuat dari besi, baja. Peralatan modern seperti mobil, komputer, dan sejenisnya juga tidak ketinggalan. Perhatian yang diberi berupa dibuatakan upacara. Sebagai puja dan pujian atas kejataman kejayaan pengetahwan tercipta peralatan yang sangat membantu kehidupan manusia. Apapun upacara puja dan pujian ditujukan kepada Tuhan Yang Maha Esa Sanghyang Pasupati sebagai pemberi kejayaan ketajaman.

     Demikian beliau dipuja menuntun pikiran manusia ke arah kejayaan keberhasilan. Di Bali di rayakan dengan membuat upacara ditempat penyimpanan senjata sebagai Saghyang Pasupati, Di Merajan sebagi Sanghyang Guru, sementara sebagai penguasa khewan di puja saat Tumpek Uye, dan sebagai Penguasa tumbuh tumbuhan di puja saat Tumpek Wariga. Demikian kemahakuasaan Tuhan Yang Maha Esa senantiasa di puja.

    Dengan perayaan peringatan Tumpek Landep pula bahwa setiap mahluk wajib mempertajam, mengasah selalu pengetahwan sejalan pengetahwan yang terus berkembang hingga tidak tak terbatas. Tajam pengetahwan lebih mendekat kepada Hyang Widhi, memohon ketajaman kejayaan kepada Hyang Pasupati. Tentunya diikuti dengan usaha belajar dan belajar.

    Serangkaian upacara Tumpek Landep ada beberapa sarana banten yang bisa dibuat seperti:
    1. Untuk stana di pujanya Hyang Pasupati: sesayut pasupati 1, sesayut jayeng perang 1,sesayut kusuma yudha 1,suci daksina,reresik, peras ajuman dan canang wangi.
    2. Ada pula yang dengan membuat peras penyeneng,sesayut pengambean.
    3. Sebagai penyucian atau pembersihan senjata serta peralatan dibuatkan byakala dan prayascita.
    Untuk di Sanggah Pamrajan dibuat tumpeng putih kuning, dilengkapi pula dengan daksina dan pesucian/pebersih.

    Bila keterbatasan sarana dan prasarana seperti disebutkan maka besar atau kecil, meriah atau sederhana upacara hendaknya atas dasar bhakti dan iklas kepada Hyang Widhi, sesuai pedoman Bhagawadgita sloka IX.26.

    Terima kasih telah membaca . Mau dikomentar silakan aja!


    Selasa, 15 Januari 2013

    Buda Keliwon Sinta ( PAGERWESI )

    Perayaan ke tiga selama Wuku Sinta,setelah Banyu Pinaruh serta Soma Ribek adalah Perayaan Buda Keliwon Sinta di sebut jaga Hari Raya Pagerwesi.

    Di dalam Lontar Sunarigama disebutkan bahwa pada hari tersebut Sanghyang Pramesti Guru bersama para dewa lainya beryoga agar tumbuh-tumbuhan serta mahluk hidup lainya berkembang dengan baik.

    Dari urain tersebut para Dewa Beryoga untuk kesejateraan kita, lalu kita sebagai mahluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, dapat mencontoh para dewa. Demikian dengan masyarakat Hindu di Bali mewujudkan hal tersebut dengan melakukan yoga semadhi. Pelaksanaan Pegerwesi di tiap daerah di bali tidaklah sama. Yoga semadi dilaksanakan dengan cara yang berbeda. akan tetapi intinya sama yaitu mantap dalam melaksanakan tugas serta kewajiban sebagai umat manusia ciptaan Tuhan.
    Mengurai makna kata Pagerwesi berasal dari kata Pager yang artinya Pagar,pageh,kukuh,kokoh. sementara Wesi adalah besi, Jadi Pagerwesi adalah Tekad semangat umat manusia hindu yang kuat kokoh dalam menjalankan ajaran agama kebenaran selalu setia kepada Tuhan Pencipta melaksanakan tugas dan kewajiban seperti yang telah ditetapkan. Pagerwesi ini juga tonggak bahwa kita telah mantap menjalankan kewajiban.

    Jika sebagai seorang sulinggih menjadi mantap sebagai sulinggih, jika sebagai prajurit menjadi mantap sebagai prajurit, jika sebagi guru juga mantap menjadi guru, demikian juga sebagai warga masyarakat menjadi mantap dalam tugas dan kewajiban masing masing.Jika sudah mantap menjadi lebih mantap tidak dibingungkan lagi. Pagerwesi ini juga menjadi hari pertama introspeksi diri umat Hindu, setelah sebelumnya telah menerima Ilmu Pengetahwan suci untuk selalu mengamalkan ke jalan jalan dharma.Para Dewa juga Beryoga untuk kita kesejateraan umat manusia. Seperti orang tua yang senantiasa mendoakan putra dan putri mereka.

    Sebagai ungkapan syukur tersebut maka umat Hindu melaksanakan beberapa upacara pada Pagerwesi.Seperti di wilayah Buleleng umat Hindu melaksanakan upacara persembahan kepada leluhurnya ( Guru Reka)
    .
    Untuk menjalankan kewajiban tersebut beberapa upakara yang bisa dipergunakan:
    1. Prayascita, dipergunakan sebagai penyucian terhadap bangunan,perumahan, dan diri sendiri.
    2. Di Merajan Kemulan : peras, daksina, ajuman beserta runtutanya.dan pelinngih yang lain adalah ajuman atau canag genten atau sejenisnya.
    Demikian sekilas tentang Hari Raya Pagerwesi..
    Bagaimanakah menurut Pendapat anda....silakan postingkan pada komentar..terimakasih

    Sabtu, 12 Januari 2013

    BANYU PINARUH-

    Hari pertama dalam sistem wuku kalender bali, yang mana dalam satu wuku berlangsung selama tujuh hari demikian seterusnya. Dalam satu putaran dimulai setiap 210 hari terdiri dari 30 wuku.Tiap Wuku dimulai pada hari Minggu ( Redite ).Wuku pertama yaitu Wuku Sinta. Tepat pada Redite Paing Wuku Sinta, Umat Hindu di Bali melaksanakan prosesi upacara yang dinamakan BANYU PINARUH. Banyu Pinaruh sendiri berasal dari kata Banyu yang artinya Air sementara Pinaruh berarti Pengetahwan..Jadi pada hari ini Umat Hindu mandi ilmu pengetahwan. Salah satunya ilmu pengetahwan yang disabdakan atau diwahyukan ( kitab suci) Hyang Widi.

    Kita ketahwi bahwa sehari sebelum Banyu Pinaruh ini adalah Hari Raya Saraswati dimana hari Ilmu pengetahwan diturunkan. Bermacan tradisi ataupun cara yang umat Hindu laksanakan menyambut turunnya Ilmu Pengethwan suci itu. Begitu juga Dalam kaitan mandi ilmu pengetahwan pada pagi sebelum matahari terbit melaksanakan mandi air suci (melukat). Mandi air suci dimaksud adalah mandi pada sumber mata air yang bersih belum tercemar. Atau bila tidak memungkinkan karna faktor lingkungan yang jauh dari mata air dapat dengan metirta air kumkuman ( air yang disucikan). Ini bermakna sama yaitu itinya pada pembersihan badaniah dari debu kotoran  bisa mengurangi efeck kontaminasi pengaruh buruk badaniah terhadap atma yang bersemayam di badan setiap mahluk., sehingga atma selalu dekat dengan penciptanya. Dengan mandi ( melukat ) air suci adalah mempersembahkan  tempat yang nyaman suci kepada Hyang Widi yang selalu ada di setiap mahluk, termasuk manusia, khususnya pada diri kita yang menempuh jalan ini. Inilah juga salah satu bakti atau yadnya.

    Selesai prosesi melukat laksanakan kewajiban sembahyang sujud kepada Hyang Widi Yang Maha Guru.Puja dan Puji syukur atas anugerah ilmu pengetahwan yang melimpah.Pagi hari berbekal ilmu pengetahwan yang telah kita terima kita telah siap melaksanakan kewajiban kita selanjutnya seperti mencari rejeki sebagai kewajiban dan tanggung jawab terhadap keluarga. Demikianlah ilmu pengetahwan suci (salah satunya Kitab Suci) yang bisa melukat atau membersihkan manusia dari pikiran, perkataan, perbuatan kotor. Air adalah untuk melukat badaniah.

    Dalam buku Bhagawad Gita IV.36 mengatakan " Api ced asi papebhyah, sarwabheyah papa krt,tamah, sarwa jnana peavenaiva  vriijinam santarisyasi."  yang berarti," walau engkau paling berdosa di antara yang memiliki dosa, dengan ilmu pengetahuan, lautan dosa akan dapat engkau seberangi".

    Beberapa tradisi yang sering dilaksanakan:
    1.  Mempersembahkan sesajen berupa labaan nasi kuning serta loloh di merajan, setelah menghaturkannya, kemudian diakhiri dengan nunas lungsuran.
    2. Upakara, (tetandingan banten), diaturkan 
      • labaan nasi pradnyan, 
      • jamu sad rasa dan air kumkuman. 
      • Setelah diaturkan pasucian / kumkuman labaan dan jamu, 
      • dilanjutkan dengan nunas kumkuman, 
      • muspa, 
      • matirta
      • nunas jamu, dan 
      • labaan Saraswati / nasi pradnyan barulah upacara diakhiri / lebar. 

    Rabu, 09 Januari 2013

    SHIWARATRI TILEM SASIH KEPITU

    Pada Sasih KEPITU ( ke 7 ) saat saat bulan gelap disebut TILEM KEPITU tepatnya panglong ping 14 sasih kepitu disebut sebagai Hari SHIWARATRI dan dimaknai sebagai hari Peleburan Dosa, mohon pengampunan. Shiwaratri diartikan sebagai malamnya SHIWA dimana Hyang Shiwa beryoga. Pada malam ini dikatakan pula adalah malam paling gelap diantara malam.
    Salah satu acuan perayaan SHIWARATRI ini adalah kakawin Shiwaratri Kalpa yang ditulis oleh Mpu Tanakung.

    Disebutkan seorang pemburu bernama Lubdaka melakukan perburuan ketengah hutan, hingga malam tiba Lubdaka belum mendapatkan hasil perburuanya. Karna malam begitu gelap sebagai manusia lubdaka punya rasa takut.Pulang ke rumah tidak membawa hasil buruan, takut dalam perjalanan pulang diserang binatang buas, takut tersesat. Maka Lubdaka memutuskan untuk naik ke atas pohon. Berada diatas pohon Lubdaka juga takut ketiduran lalu jatuh. Maka Lubdaka untuk bisa tetep sadar, memetik daun daun lalu dijatuhkan satu demi satu hingga matahari terbit.
    Karena jagranya Lubdaka tersebut yang berhasil walau tanpa disengaja menjalankanya maka SHIWA menganurahkan Lubdaka Surga,atau peleburan atas dosa-dosa membunuh binatang  tidak berdosa.

    Nah dari sumber itulah maka umat Hindu di Bali memperingati malam Tilem sasih Kepitu sebagai Malam Shiwaratri. Untuk memperingatinya dilaksanakan tidak tidur selama 36 jam, puasa selama 24 jam dan dalam semadhi selama 12 jam. Mengacu pada kakawin Shiwaratri itu,Lubdaka sebagai pemburu mulai melakukan perjalanan  kehutan pada pagi hari, hingga sore lalu bermalam di hutan tanpa hasil buruan hingga kesokanharinya matahari terbit beranjak pulang kerumah sore hari. Selama proses 36 jam dalam masa perburuan tersebut tentu Lubdaka hanya makan alakadarnya, bisa hanya sebiji buah atau sehelai daun di hutan atau bahkan bila sangat berambisi mendapat buruan tidak makan sama sekali.

    Di malam hari sebagai seorang manusia yang punya rasa takut, perasaan was was, maka Lubdaka yang paling diingat pasti Hyang Pencipta, dapat dipastikan Lubdaka selalu ingat dan terus berdoa sepanjang malam sembari melemparkan daun daun.

    Pada sumber yang ada kakawin Shiwaratri Kalpa menyatakan keutamaan Brata Shivaratri seperti diwedarkan oleh Sang Hyang Siva sebagai berikut:

    ”Setelah seseorang mampu melaksanakan Brata sebagai yang telah Aku ajarkan, kalahlah pahala dari semua upacara Yajña, melakukan tapa dan dana punya demikian pula menyucikan diri ke tempat-tempat suci, pada awal penjelmaan, walaupun seribu bahkan sejuta kali menikmati Pataka (pahala dosa dan papa), tetapi dengan pahala Brata Sivaratri ini, semua Pataka itu lenyap”.

    ”Walaupun benar-benar sangat jahat, melakukan perbuatan kotor, menyakiti kebaikan hati orang lain, membunuh pandita (orang suci) juga membunuh orang yang tidak bersalah, congkak dan tidak hormat kepada guru, membunuh bayi dalam kandungan, seluruh kepapaan itu akan lenyap dengan melakukan Brata Sivaratri yang utama, demikianlah keutamaan dan ketinggian Brata (Sivaratri) yang Aku sabdakan ini” (Sivaratri kalpa, 37, 7-8)*

    Di jaman sekarang ini yang di kenal sebagai jaman  Kaliyuga, dari kakawin tersebut dapat di petik beragam makna:
    1. Kehidupan umat manusia tidak terlepas dari kegiatan berburu, banyak perburuan yang dimaksud seperti berburu Jabatan, Berburu Wanita atau Pria Idaman, berburu kekayaan,Ketenaran, ilmu pengetahwan dan masih bayak lagi yang lain. Pada proses berburu pasti ada banyak halangan,rintangan,tangtangan, yang harus diselesaikan dan tidak selalu perburuan membawa hasil yang seperti diharapkan.
    2. Secara tersirat kekawin Shiwaratri menggambarkan bahwa kita sebagai umat manusia demikianlah adanya seperti seorang pemburu.Berburu untuk memenuhi kebutuhan hidup, ada pula yang berburu untuk memenuhi keinginana indrianya. Dalam upaya itu manusia pasti pernah gagal, lupa akan kebenaran, Tidak ada manusia selalu berhasil.Saat gagal manusia adalah yang paling gelap.bisa gelap mata,gelap hati juga gelap pikiran.Tetapi dari proses kegagalan itu bila kita selalu ingat,eling, sadar dan bedoa akhinya berkah dan kebahagiaan kita terima.
    3. Berbagai cara Tuhan memberi berkah kepada ciptaanya bagi mereka yang selalu sujud bakti. Bertepatan dengan gelapnya bumi maka kita sebagai manusia yang gelap, Shiwa pemberi berkah beryoga , kita wajib menjalankanya.Ada empat jalan yoga yang diajarkan Hindu, Karma Yoga, Bhakti Yoga, Jnana Yoga dan Raja Yoga.
     Tatacara pelaksanaan Malam SHIWARATRI :
    Di dalam pelaksanaan Shiwaratri ini hendaknya langkah awal kita sadar, bahwa kita tidak lepas dari perbuatan dosa besar atau kecil. Dengan kesadaran itu  akan memupuk tindakan tindakan upaya perbaikan. Tercetus suatu pengakuan dosa yang telah kita perbuat. Bila telah ada setitik saja ada kesadaran,